Setiap kali pulang kampung ke Blitar kami selalu melewati Jalibar (Jalur Lintas Barat)yang menghubungkan Kota Kepanjen dengan Kecamatan Ngajum. Jalibar melintasi dua desa yaitu Desa Talangagung dan Desa Ngadilangkung. Jalan pintas ini dibangun Pemkab Malang untuk mengurangi kemacetan di Kota Kepanjen yang sering terjadi terutama saat weekend dimana banyak pendatang di Kota Malang pulang ke daerah asalnya di Kepanjen, Blitar dan sekitarnya.
Saat awal dibuka dulu Jalibar masih sepi, apalagi menjelang petang tidak banyak orang yang berani melewatinya karena kondisinya yang masih gelap sehingga rawan kriminalitas. Seiring berjalannya waktu Jalibar mulai ramai, apalagi setelah Pemkab memperbaiki kondisi jalan dan memberi lampu jalan makin banyak orang yang lewat Jalibar meski di malam hari. Lalu mulai bermunculan warung-warung mulai dari yang kecil dan sederhana hingga yang besar. Kehadiran warung-warung itu membantu para pemudik yang ingin beristirahat dan mengisi perut di tengah perjalanan.
Di antara warung-warung itu ada satu yang paling menarik perhatian yaitu Warung Nayamul. Dalam bahasa walikan Malang, kata Nayamul artinya Lumayan. Yang unik dari Warung Nayamul adalah bangunannya yang etnik yaitu perpaduan batu bata dan bambu. Fasilitasnya juga lengkap, ada musholla, toilet dan gazebo untuk beristirahat. Setiap kali melintasi Warung Nayamul nampak mobil-mobil yang berderet rapi di depannya, memberi kesan bahwa warung tersebut diperuntukkan bagi yang berkocek tebal. Kami pun jadi berpikir ulang untuk mampir di Warung Nayamul tersebut.