Latest News

Batu-Batu Kalisongo


Batu-batu itu pecah, terbelah, tercecer, terburai...

secuil tak segenggam sampai...

berantakan, tercerai-berai...

diinjak modernisasi jalan, digilas ramai...

cerita jadi samar, perjalanan yang tak akan pernah selesai...



Di secuil itu mungkin ada cerita...

guratan wajah dusun dan desa yang dulu riuh semarak...

di secuil itu mungkin ada suara...

goresan tentang rimbun pohon dan ternak berbiak...

di secuil itu mungkin bisa bicara...

gambaran manusia yang kawin lalu beranak-pinak...



Hilang sedikit-sedikit...

dicuri sedikit-sedikit...

berkurang tak sedikit...

akan tak bisa lagi dikenang yang tak sedikit...

garis sejarah bisa putus jejaknya tak sedikit...



Sebab, sebelum lampu-lampu menyala...

waktu belum lagi merah putih jadi bendera...

dan adalah cempluk penerangnya...

saat ada kerajaannya...

desa ini sudah ada...

desa ini sudah lama...

sudah tua...

di secuil dari punden itu buktinya!



Sisanya kini...

mau digusur, katanya...

yang sedikit tersisa kini...

mau digeser, katanya...



Bila cagar budaya tak ada artinya...

dan estetika sejarah tak dijaga nilainya...

bila harta kita tak lagi bisa banyak punya...

dan tanah ditikam paku-paku bumi, tak bisa bicara...

kelak punya bukti apa...

agar sedikit saja bangga keturunan kita?



Bahwa...

ari-arimu, ditanam waktu listrik pertama kali masuk desa...

ari-ari orang tuamu, ditanam waktu tirani berkuasa...

ari-ari buyutmu, ditanam waktu Indonesia baru merdeka...

ari-ari moyangmu, ditanam waktu datang penjajah pertama...

adalah tiap tarikan nafas Punden Kalisongo jadi saksinya...

adalah dahulu jaman Kadiri, desa Kalisongo ini sudah ada geliatnya!



(Sumberejo, Kalisongo, Malang, 26 September 2014)






Bejo Sandy. secara umum aktifitasnya dalam bidang seni (sastra, teater, performance art) tetapi khusus bersama CELOTEH (https://www.facebook.com/CELOTEHMLGasli) , mengembangkan "teatrikal musikalisasi puisi" di Malang.