Kepanjen Kita - Mungkin selama ini Malang dikenal sebagai kota wisata, banyak sekali lokasi wisata modern yang menarik pengunjung dari berbagai kota. Tentu saja itu menjadi kebanggaan tersendiri. Terlepas dari lokasi wisata modern, di berbagai penjuru Kabupaten Malang juga memiliki potensi wisata yang tak kalah. Bahkan, Bupati Malang, Rendra Kresna telah meresmikan 14 Desa yang tergabung dalam ASIDEWI (Asosiasi Desa Wisata) peresmian tersebut diadakan di Desa Pujon Kidul (10/08/2016). Diawali dengan menggunting pita, Bupati Malang langsung disambut dengan berbagai stand dari perwakilan peserta ASIDEWI. Dilanjut dengan sambutan dan pemukulan kentongan.
14 Desa Wisata tersebut meliputi Sanankerto, Ngadirejo Jabung, Bayem Kasembon. Ngadas, Selorejo, Pujon Kidul, Jeru, Gubukklakah, Poncokusumo, Pagak, Purwodadi, Bendolawang, Tambak Rejo, Ngantang. Acara tersebut juga melibatkan Joko Roro Kabupaten Malang, selaku penerima tamu, serta mendampingi para anggota Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjelajahi 14 stand yang menjadi perwakilan desa masing-masing.
Selain membanggakan 14 desa tersebut menjadi desa wisata, ternyata Pak Rendra juga bangga dengan potensi desa yang aktif dengan berbagai produk unggulan. Misalnya saja Poncokusumo dengan keripik dan sari apel. Apel dari desa Poncokusumo juga dikenal tak kalah dari apel Batu. Menjadi salah satu stand yang berdiri di Pujon Kidul, Poncokusumo juga memajang produk andalan mereka.
Acara berlangsung meriah. Para anggota dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Malang mengaku begitu takjub dan bangga dengan antusiasme masyarakat dan juga para peserta ASIDEWI.
“Peran pemerintah hanya mengarahkan, sementara yang menjalankan tetap masyarakat,” ungkap bu Lani, perwakilan dari Disbudpar.
Keesokan harinya, acara dilanjutkan di panggung pagelaran pesona Desa Wisata. Di mana masing-masing desa yang tergabung juga unjuk kebolehan dalam segi budaya.
Setiap desa menampilkan kesenian khas yang berasal dari desa masing-masing. Misalnya dari Jabung yang menyajikan tari dan atraksi pencak silat, juga ngadas yang membawa kuda yang bisa berjoget, tak kalah dari Kasembon yang membawa penyanyi Jawa cilik.
Pagelaran berlangsung dari pagi hingga sore hari. Namun antusiasme masyarakat dalam menyaksikan seni budaya dari berbagai desa masih tetap terlihat. Acara pegelaran seni budaya desa wisata ini rencananya akan dilakukan rutin sekali dalam setahun. Diharapkan, dengan adanya pentas seni budaya khas Indonesia ini, masyarakat akan lebih sadar betapa kaya bangsa kita, terlebih masyarakat Kabupaten Malang yang memiliki banyak sekali kekayaan baik dalam seni budaya, pariwisata dan kreatifitas.