Anita Carolina |
Anisa AE - Asyiknya punya teman yang bekerja sebagai tenaga medis. Mau konsultasi dan tanya-tanya pun boleh, apalagi kepoin dia. Salah satu teman saya adalah Anita Carolina, seorang bidan yang juga blogger. Ish, keren ya?
Mbak Nita ini lulus kebidanan pada tahun 2009 dan langsung praktik menjadi bidan di klinik desa. Sampai akhirnya ke rumah sakit swasta di bagian IGD selama 4 tahun. Banyak sekali suka duka sebagai bidan di ruang emergency yang bisa dijadikan pelajaran. Mulai dari pasien yang suka komplain (seperti saya), pasien hamil di luar nikah, pasien yang mau bunuh diri, sampai pasien yang depresi karena janinnya mati sampai 4 kali.
Sukanya, tempat bekerja dulu sudah mendapat akreditasi internasional dari JCI (Joint Commision International), jadi standar pelayanannya sangat jauh berbeda dari rumah sakit lain. Pasien safety lebih diutamakan. Cobaannya, saat dapat jaga malam, harus kuat biar gak ngantuk. :D
Sebenarnya Mbak Anita pingin jadi dokter. Waktu ikut SPMB tahun 2006, pilihan pertama adalah Fakultas Kedokteran, kedua Fisika. Terakhir disarankan untuk ambil Akademi Kebidanan. Walaupun biaya mahal, orang tua tetap berjuang cari dana agar Mbak Anita bisa kuliah. Menunggu 3 tahun tidak lama, yang penting setelah itu bisa langsung bekerja.
Kalau sudah bekerja nanti, Mbak Anita bisa lanjut kuliah dengan uang sendiri, begitu pesan orang tua. Syukurnya, selama kuliah mendapat nilai yang bagus dan menjadi mahasiswa terbaik.
Ibu dari Giovani Gilbert Gultom yang baru berumur 7 bulan ini juga merasakan bagaimana proses melahirkan yang secara teori sama dengan yang dipelajari. Walau bidan, ternyata kecemasan juga dirasakannya. Gak jauh beda dengan ibu-ibu yang lain. Mungkin karena selama ini banyak menangani pasien di IGD, jadinya ingin semua baik-baik saja dan tidak ingin terjadi pada dirinya. Sayangnya Mbak Anita kecewa dengan petugas yang ada di ruangannya. Pelayanan yang didapat sangat jajh dengan cara pelayanan yang diberikan ketika bekerja di RS lama. (Baca selengkapnya)