Anggi Putri |
Anisa AE - Holla pembaca setia anisae.com! Kali ini akan saya ceritakan tentang penulis muda yang kreatif dan penuh kobaran semangat. Penasaran? Yuk simak saja.
Memang benar rumus: berdoa + usaha = sukses. Begitupun dengan kesuksesan akan berhasil jika didahului dengan sebuah proses. Meski di jaman seperti saat ini banyak orang yang mencari kesuksesan dengan cara instan, tapi lain halnya dengan penulis sekaligus owner Penerbit Pustaka Kata ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Anggi Putri.
Anggi Putri atau yang biasa dipanggil Ang atau Pewe oleh teman-temannya ini lahir di Jombang, tapi kini berdomisili di Surabaya. Anggi Putri merupakan seorang mahasiswa di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Dia mengambil program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk sampai di titik saat ini memang tidak secepat memasak mie instan.Semua dilaluinya penuh jatuh bangun. Jadi, jika banyak yang mengatakan ketercapaiannya saat ini sangat cepat, semua itu bohong.
Baca Juga : Emak Para Zombie
Cewek penyuka dunia perempuan seperti beauty and fashion, kuliner dan traveling ini memulai segalanya sejak di bangku SD lho. Memang sejak SD cewek cantik yang satu ini sulit untuk diam di rumah.Ia banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti paduan suara, seni tari, dan pramuka. Bahkan ia sudah menari sejak di bangku TK.
Nah, lho? Katanya dia seorang penulis, bagaimana memulainya? Iya, dia mulai menulis sejak kelas empat SD. Kecintaannya terhadap puisi hingga saat ini adalah bermula dari sini. Di kelas IV SD, Anggi menjadi ketua mading (majalah dinding) di sekolahnya dan mulai membaca puisi di setiap acara purnawiyata (wisuda) kakak-kakak kelasnya. Puisi pertamanya berjudul ‘Bunda’ ditulis di kelas IV SD lho.
Tulisan Anggi Putri di Koran Surya |
Sejak kecil ia pun banyak mendapat masalah di keluarga. Hingga beberapa kali kabur dari rumah (jangan dicontoh :D). Ia dituntut mempunyai nilai bagus dan mendapat peringkat pertama. Ia pernah frustasi hingga mendapat peringkat enam di kelas II SD dan peringkat tiga di kelas IV. Selebihnya tak pernah lagi jatuh. Buku dan bajunya juga pernah dibakar waktu itu. Terpaksa ia tak masuk sekolah beberapa hari, dan sang ayah tak mau menandatangani rapornya. Orangtuanya bahkan kurang bangga dengan keadaan yang demikian.
Piala tari di TK-nya sudah memenuhi lemari di sekolah itu, juga dulu pernah dibuat CD. Saat TK, ia dititipkan kepada Almh neneknya. Setiap kali pentas ia berangkat sendiri, hanya guru yang menemaninya. Berangkat sekolah pun diantar-jemput becak yang sudah disewa per bulan oleh beberapa anak untuk pergi sekolah. Anggi jarang ikut pelajaran karena harus berlatih tari. Sekolahnya, TK Kemala Bayangkari sangat menginginkan kemenangan di setiap pentas. Tapi apalah daya jika usahanya tak pernah dihargai orangtuanya. Itu juga alasannya jarang pulang ke rumah ketika besar.
Baca Juga : Jadi Penulis Harus Sabar (Dien Ilmi)
Beranjak di bangku SMP, ia masih menulis. Namun pada jenjang ini ia sudah mulai merambah ke ranah cerpen atau novelet. Ia juga masih disibukkan dengan ekstrakurikulernya yang bertambah, yaitu tari, paduan suara, pramuka, PMR (Palang Merah Remaja). Cewek satu ini memang sangat mencintai Pramuka. Hampir setiap pekan ia tidak pulang ke rumah hanya untuk berkemah, jelajah atau mendaki gunung. Orangtuanya sudah mengetahui kebiasaannya itu sehingga tak pernah mencarinya tiap akhir pekan.Atau bahkan memang tak peduli dengan hal itu.
Di bangku SMA, kesibukannya pun bertambah. Sekolahnya full day hingga pukul lima sore, ditambah latihan Paskibra jika akan ada lomba. Latihan bahkan sampai pukul delapan malam. Paginya, pukul enam harus sampai sekolah lagi. Kecuali Jumat dan Sabtu ia pulang lebih awal. Ekstrakurikuler yang diikuti yaitu tari, pramuka, karawitan dan paskibra. Sebenarnya ia ingin masuk PMR, tetapi waktunya bersamaan dengan Pramuka sehingga ia mendahulukan Pramuka. Pembinanya memilihnya sebagai Ketua Umum Pramuka sekolahnya.Tidak hanya itu tanggung jawabnya bertambah dengan dipilih sebagai Wakil Ketua di DKR (Dewan Kerja Ranting).Itu lho, dewan yang mengurus dan mengawasi pramuka satu kecamatan. Kebayang kan pusingnya :D (Baca selengkapnya)