Latest News

5 Tips Agar Cabut Gigi Tidak Sakit








Anisa AE - Sudah bukan rahasia lagi kalau gigi saya banyak yang lobang, khususnya gigi geraham. Lobang yang besar itu membuat saya berkali-kali mengeluh sakit gigi dan kepikiran buat cabut gigi. Tapi saya takut ama jarum suntik, hiks. Apalagi banyak info kalau cabut gigi geraham itu sakit. Makin keder saya kalau mau ke dokter gigi, tapi bagaimanapun, gigi saya harus ditangani oleh ahlinya.

Tahun lalu, saya sudah menambal dua gigi. Iya, dua gigi geraham. Geraham bawah sebelah kiri dan atas sebelah kanan. Kebetulan saat itu saya sudah punya BPJS, jadi kalau soal kontrol ataupun tambal gigi, sudah dicover semua oleh BPJS.

Sebenarnya tahun lalu, saya sudah minta cabut. Gak tahan tiap hari harus menahan sakit gigi. Udah gak ada yang njenguk, sakitnya kebangetan. Namun oleh dokternya disuruh perawatan saja, soalnya gigi itu masih bisa dirawat. Alhamdulillah setelah perawatan memang sudah tidak sakit gigi lagi. Sayangnya saat ini giginya sudah 'cuwil', jadinya mulai sakit lagi giginya. Sering bengkak jika ada sisa makanan yang menyelip di gigi.


Akhirnya saya pun ke dokter gigi lagi. Nah saat itu sudah pindah faskes BPJS, jadi ikut pindah dokter gigi juga. Saat ini saya memilih Klinik Wijaya Kusuma Husada sebagai faskes 1. Selain karena pemiliknya enak diajak ngobrol dan friendly banget ke pasien, orangnya juga bisa diminta pendapat dan saran jika ada kejadian tiba-tiba yang menimpa saya dan keluarga.

Saat periksa pertama, kebetulan sedang hamil dan dokter giginya tidak berani menangani. Tunggu sampai si kecil keluar dulu. Dapat dibayangkan berapa bulan saya menahan sakit gigi, berharap gigi itu segera dicabut. Kecil-kecil bikin keki yaaaa.

Setelah melahirkan, saya mencoba memberanikan diri konsultasi lagi. Well, ternyata saran dari dokternya, tambalan giginya diperbarui alias dibersihkan, lalu ditambal lagi. Tanpa perlu cabut gigi. Lumayan lama sih prosesi tambal gigi tersebut, apalagi ternyata ada daging yang tumbuh di gigi, jadinya perlu diambil dulu dagingnya. Kembali 3 hari lagi.

Tiga hari selanjutnya, pembersihan gigi dilanjutkan. Lumayanlah rasanya daripada yang setahun lalu. Ngilu-ngilu gimanaaa gitu. Selama 3x, saya ke dokter gigi untuk perawatan sebelum ditambal permanen. Lumayan lama sih dan bolak-baliknya itu bikin keki. Gimana gak bosen coba? Soalnya kepikiran dengan Michan yang ada di rumah.

Sampai akhirnya tibalah sesi tambal gigi permanen. Eng ing eng .... Rasanya aneh, tapi lumayanlah.
Sayangnya gigi saya saat itu terasa tetap ngilu dan bengkak. Padahal sudah 3 hari setelah tambal permanen. Balik lagi deh ke dokter gigi buat konsultasi. Akhirnya tibalah sesi eksekusi, gigi geraham atas tersebut tidak bisa dipertahankan lagi, dan saya menyerah. Tak tahan dengan capeknya, apalagi sakitnya.

Dengan tiga suntikan bius lokal, gigi saya hilang. Well, tidak terasa sama sekali saat pencabutan. Tapi setelah dicabut dan obatnya hilang, saya harus sedikit menahan nyeri.

Oh iya, jika mau cabut gigi, saran saya adalah mencari dokter gigi terdekat, plus mengajak seseorang untuk mengantarkan. Daaaan jangan naik angkot. Kenapa? Karena ludah akan terasa penuh di mulut, itu bikin mual gak karuan. Berkali-kali ingin meludah dan pastinya gak boleh di angkot, kan?

Ternyata oh ternyata, gigi geraham tersebut mengalami lobang yang sangat parah, sampai tembus pada gigi di sebelahnya. Pantas saja sakitnya luar biasa.

Sesi gigi geraham atas sudah selesai. Gigi saya hilang satu. Kata dokternya sih, lebih bagus lagi jika giginya yang hilang itu diganti dengan gigi palsu. Karena, gigi geraham bawah, akan tumbuh ke atas jika tidak ada geraham atas yang menghambat pertumbuhannya. Tahu sendiri pasang gigi palsu harganya berapa. Tuh kan jadi mikir.

Dan lagi ... ternyata gigi geraham atas sebelah kanan saya yang paling bungsu juga lobang. OMG ... berasa mau kiamat. Lobangnya pun sudah lumayan besar dan disarankan buat ditambal. Padahal saya rencana tambal gigi geraham kiri bawah dulu yang masih bengkak dan tambalannya sudah mulai hancur. (Baca selengkapnya)