Hai Sobat, pasti sudah mendengar kabar tentang erupsi Gunung Semeru yang meluluhlantakkan daerah Lumajang dan sekitarnya. Ya, pada Sabtu tanggal 4 Desember 2021 Gunung Semeru mengeluarkan asap tebal dari kawah dan guguran awan panas. Dilansir dari kompas.com pada selasa, 7 Desember 2021 ada 22 warga yang dinyatakan meninggal dunia dan 22 orang masih belum ditemukan, sedangkan puluhan orang dinyatakan mengalami luka-luka.
Perlu kalian tahu, nih, dulunya Gunung Semeru adalah bagian dari Gunung Meru yang ada di India. Dikisahkan jika Dewa Brahma dan Dewa Wisnu membawa puncak Gunung Meru ke Tanah Jawa untuk dijadikan pasak bumi. Sayangnya, saat dibawa ke timur gunung tersebut tercecer hingga terbentuk jajaran pegunungan di pulau Jawa dari barat ke timur. Bagian utama gunung Mahameru ini populer dengan gunung Semeru.
Baca juga: 4 Wisata Alam Di Lembang
Gunung Semeru disebut juga pinkalalingganingbhuwana yang berarti lingga bagi dunia. Nah, Gunung Semeru sendiri menjadi destinasi wisata untuk para pecinta alam karena merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dan memiliki jalur pendakian yang menantang. Keindahan di sekitar Gunung Semeru pun tak bisa diragukan lagi terlebih keberadaan danau indah, yaitu Ranu Kumbolo dan Ranu Pane yang bisa menjadi jalur pendakian ke Semeru.
Di Puncak Gunung Semeru sendiri terdapat dua kawah, yaitu kawah Mahameru yang tidak aktif lagi dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif. Pada 8 November 1818 Gunung Semeru sudah meletus dan untuk pertama kalinya. Setelah itu, pada 29-30 Agustus 1909 terjadi letusan besar yang menjadi bencana bagi Lumajang. Berikutnya pada tahun 1981 terjadi lagi letusan besar yang menewaskan ratusan penduduk di sekitar. Terakhir, di tahun 1990 terjadi guguran kubah lava yang menghasilkan awan panas. Kawah Jonggring Seloka pun terbuka sampai sekarang.
Kabar baiknya, erupsi yang terjadi pada 4 Desember 2021 ini Presiden akan meninjau daerah yang terdampak. Ya, Presiden Joko Widodo dikabarkan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Timur pada 7 Desember 2021. Erupsi ini menyebabkan 30 rumah ambruk dan menenggelamkan dusun yang terdekat dengan jalur lava pijar Gunung Semeru.
Baca juga: Danau Gunung Tujuh, Danau Tertinggi yang Mempesona
Melihat kejadian sebelumnya mengingatkan kembali ke ramalan Jayabaya yang populer, yang berbunyi 'yen wis ana kreta tanpa jaran'. Artinya dalam Bahasa Indonesia berarti jika nanti sudah ada kereta tanpa kuda. Maksud dari ramalan tersebut adalah tentang adanya transportasi kereta api. Jika dikaitkan dengan ramalan Jayabaya yang beberapa kali sudah terbukti.
Selain itu, dalam kitab Musasar Jayabaya terdapat kutipan 'Putra kinasih swargi kang jumeneng ing Gunung Lawu, hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti. Mumpuni sakabehing laku. Nguel tanah Jawa kaping pindho ...'. Artinya putra kesayangan almarhum yang menetap di Gunung Lawu, yaitu Kyai Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti menguasai seluruh ajaran. Memotong tanah Jawa kedua kali.
Melihat kalimat yang mengatakan memotong bisa diartikan terbelahnya tanah Jawa. Mengingat kembali kejadian sebelumnya, pulau Jawa pernah terbelah menjadi yang sekarang menjadi pulau Sumatera. Lalu, berkaitan dengan frasa 'kedua kali' di ramalan Jayabaya tadi bisa diartikan jika Jawa akan terbelah kedua kali. Hingga terdapat mitos, ada dua mitos gunung berapi yang dikaitkan dengan ramalan tersebut, yaitu Gunung Slamet dan Gunung Semeru. Jika kedua gunung ini meletus bisa diperkirakan akan terdapat ledekan yang bisa membelah Jawa.
Namun, itu hanya mitos yang beredar dan yang perlu kita lakukan adalah berjaga-jaga jika akan ada musibah. Semoga tidak. Untuk yang tinggal di daerah yang terdampak semoga selamat dan tetap sehat, begitu pun untuk keluarga yang berduka semoga bisa tegar dan ikhlas. Yuk, untuk kalian yang ingin membantu korban di sana bisa melakukan donasi yang sudah banyak diadakan oleh berbagai lembaga.