Sumur bor dengan kedalaman sekitar 30 meter ini kini menjadi sumber air utama bagi sekitar 75 santri di pesantren tersebut. Program sumur bor ini merupakan yang ke-27 sejak tahun 2020.
Peresmian sumur bor tersebut disambut dengan sukacita oleh KH Imam Muslim Almatlabi, pengasuh Pondok Pesantren Al Aqsho, dan para santri. Sebelumnya, mereka sering kali menghadapi kesulitan air, sehingga para santri harus bergiliran untuk mendapatkan air bersih. "Debit air dari sumur sebelumnya sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan para santri," ungkap KH Imam Muslim dengan nada haru.
KH Imam Muslim juga berkali-kali mengucapkan rasa syukurnya kepada BMH Gerai Malang dan para donatur yang telah berkontribusi dalam pembangunan sumur bor ini. "Semoga menjadi amal jariyah di akhirat nanti, di mana setiap tetes air yang dinikmati para santri menjadi catatan kebaikan," tuturnya.
Ketua BMH Gerai Malang, Lukmanul Hakim, menjelaskan bahwa biaya pembangunan satu sumur bor bisa mencapai Rp 30 juta, tergantung dari kedalaman sumber air. Untuk sumur yang mencapai kedalaman hingga 75 meter, biaya bisa mencapai lebih dari Rp 200 juta. "Dari 27 sumur bor yang telah kami bangun, semuanya tersebar di 10 kecamatan. Kami menargetkan untuk dapat membangun sumur bor di 33 kecamatan," jelas Lukmanul Hakim.
Salah satu donatur sumur bor ini adalah Eka Mandayatna, warga Jogjakarta, yang turut hadir dalam peresmian tersebut. "Saya sangat bahagia melihat bahwa donasi kami langsung bermanfaat bagi masyarakat dan pesantren. Saya berharap sumur ini dapat terjaga dan awet," ucap Eka.
Dengan adanya sumur bor ini, BMH Malang kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan umat, khususnya di daerah-daerah yang membutuhkan pasokan air bersih. (AW - Gus Dhur)
